LAPORAN BIOKIMIA
Daya Larut Lemak , Uji Akrolein, Uji
Ketidakjenuhan Lemak,
Percobaan Salkowski
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Biokimia
Disusun
oleh :
Aprilia
Putri Astuti (4401412015)
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
KOTA
SEMARANG
PEMBAHASAN
1.
Mengetahui
Daya larut Lemak
Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui daya larut lemak. Menurut teori, lemak tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar. Hal ini dibuktikan pada
tabung 1 dan 2 yang berisi pelarut akuades memberikan hasil negatif dalam
melarutkan sampel lemak berupa lemak domba dan asam palmitat (kertas tidak
terlihat transparan) karena akuades bersifat polar sedangkan lemak domba dan asam
palmitat bersifat non polar. Namun akuades dapat melarutkan gliserol. Gliserol
dapat larut dalam air karena memiliki gugus polar berupa -OH pada salah satu
sisinya sehingga dapat berikatan dengan molekul air. Gliserol merupakan unsure pembentuk lemak
tetapi bukan lemak sehingga bersifat lebih polar dibandingkan dengan sampel
lain yang mengandung asam lemak.
Pelarut organik seperti alkohol,eter,dan kloroform
dapat melarutkan hampir semua sampel yang mengandung lemak. Hal ini terbukti
bahwa terdapat bercak lemak pada kertas yang terlihat transparan ketika
diterawang dibawah cahaya. Kertas tersebut dapat terlihat transparan karena sebagian atau seluruh lemak yang
terdapat pada sampel telah bercampur
dengan pelarut organik. Pada percobaan ini diketahui bahwa kloroform memiliki bercak lemak yang lebih transparan
dibandingkan pelarut organic lain. Hal ini berarti kloroform memiliki
kelarutan tinggi terhadap lemak.semakin
kertas terlihat transparan, maka menunjukkan bahwa pelarut tersebut memiliki
daya larut tinggi terhadap lemak.
Kesimpulan
:
Lemak tidak larut dalam air namun larut
dalam pelarut organic non polar. Kloroform merupakan pelarut organic yang
memiliki daya larut paling tinggi terhadap lemak.
2.
Uji akrolein
Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi
dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Dalam uji ini ada dua percobaan yaitu
percobaan pertama 4 tetes minyak kelapa + KHSO4 padat setinggi 1 cm
yang dimasukkan dalam tabung reaksi kering, selanjutnya dipanaskan menghasilkan
bau tengik. Pada percobaan yang kedua 4 tetes gliserol + KHSO4 padat
setinggi 1 cm yang dimasukkan dalam tabung reaksi kering, selanjutnya
dipanaskan menghasilkan bau yang lebih tengik dari minyak kelapa. Gliserol
dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam bentuk lemak/minyak bila mengalami
dehidrasi akan membentuk aldehid akrilat atau akrolein yang berciri khas berbau
tengik. Penambahan pereaksi KHSO4 pada uji akrolein berfungsi untuk
mengkatalisis gliserol yang ada dalam sampel, sedangkan pemanasan dengan api
yang kecil untuk menghilangkan keberadaan air dalam larutan.
·
Gliserol lebih tengik dibandingkan minyak kelapa
karena minyak kelapa bila dihidrolisis akan terlebih dahulu diubah menjadi
gliserol dan asam lemak bebas, lalu gliserol menjadi akrolein yang menyebabkan
terjadinya bau. Sedangkan gliserol apabila terhidrasi akan langsung diubah menjadi
akrolein sehingga bau yang lebih tengik.
3.
Uji
Ketidakjenuhan Lemak
Percobaan III bertujuan untuk
menunjukkan adanya ikatan tidak jenuh.
Dari ketiga sampel yang digunakan, ketiga-tiganya menunjukkan hasil
positif. Hal ini ditandai dengan memudarnya warna iodium. Kepudaran warna dari iodium disebabkan karena
larutan iodium memutuskan ikatan rangkap yang menyusun molekul pada sampel
berubah menjadi ikatan tunggal. Perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa
asam lemak tidak jenuh telah mereduksi pereaksi iodium. Namun, ada perbedaan
tingkat kepudaran dari hasil percobaan tersebut. Yang paling pudar dari ketiga
sampel yang diambil: minyak kelapa, margarin dan lemak padat adalah margarin.
Setelah margarin adalah minyak padat, baru kemudian minyak kelapa. Warna iodium
pada margarin paling pudar daripada yang lain disebabkan karena margarin
mempunyai ikatan rangkap paling banyak daripada yang lain. Iodium tersebut
mereduksi ikatan rangkap pada margarin menjadi ikatan rangkap. Karena banyaknya
ikatan rangkap yang diputus, maka warna iodium pun semakin pudar. Sedangkan
tingkat kepudaran nomor 2 setelah margarin adalah lemak padat. Lemak padat
mempunyai ikatan rangkap lebih sedikit daripada margarin, sehingga akan
memudarka iodium pada tingkat lebih ringan daripada margarin. Sedangkan yang
paling tidak pudar adalah minyak kelapa. Hal ini disebabkan karena minyak
kelapa mempunyai ikatan rangkap paling sedikit.
·
Kesimpulan:
ketidakjenuhan pada lemak ditunjukkan dengan kepudaran warna iodium. Semakin pudar
warna iodium, maka sampal semakin tidak jenuh.
4. Percobaan Salkowski
Reaksi
salkowski bertujuan untuk mengetahui adanya kolesterol. Pada reaksi menggunakan
asam sulfat pekatuntuk memutuskan ikatan ester pada kolesterol serta memberikan
kompleks warna. Sedangkan pada percobaan ini menggunakan klorofom untuk
melarutkan kolesterol agar mudah bereaksi. Percobaan salkowski menunjukkan
hasil positif ditandai dengan timbulnya warna merah, biru, ungu yang
berturut-turut. Kemudian akan tampak fluorescenci kuning. Dalam percobaan ini, akan terbentuk warna sebagai
berikut :
1. warna merah kebiruan
sampai merah cerah dan ungu (purple), merupakan hasil dari reaksi antara
kloroform dan kolesterol yang berupa kolestadiena.
2. fluoresensi hijau,
merupakan hasil reaksi antara kolestadiena dan asam sulfat yang berupa asam
sulfonat.
3. kuning, merupakan sisa
asam sulfat yang tidak ikut bereaksi.
Kesimpulan:
Terdapat
kolestrol dalam larutan tersebut yang
ditandai dengan adanya fluorens kuning setelah dreaksikan dengan asam sulfat.i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar